Terletak
di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan ± 12 km sebelah timur Kota
Singaraja, kurang lebih 1 km dari pertigaan Singaraja, Kubutambahan dan
Kintamani. Pura ini tempat memohon agar tanaman di tegalan bias berhasil dan
baik. Gugusan tangga mengantarkan pengunjung ke suatu areal luar pura (Jabaan)
yang luas yang di bagian depannya dihiasi patung-patung batu padas, 34
jumlahnya, yang diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan cerita Ramayana.
Lingkungan
Pura Maduwe Karang adalah salah satu lingkungan Pura di Bali yang telah dikenal
wisatawan mancanegara sebelum Perang Dunia Kedua. Di Jaman itu wisatawan
mancanegara datang ke Bali melalui laut di Pelabuhan Buleleng. Di tempat ini
sambil menunggu angkutan umum para wisatawan mempergunakan waktu untuk
mengunjungi Lingkungan Pura Beji di Desa Sangsit, Lingkungan Pura Maduwe Karang
di Desa Kubutambahan.Lingkungan Pura ini terdiri dari tiga tingkat yaitu Jaba
Pura di luar lingkungan pura atau Jabaan, Jaba
Tengah, dan Jeroan, bagian paling dalam adalah yang paling
disucikan. Dua buah tangga batu menanjak menuju Jaba Pura, yang di bagian
depannya dihiasi patung-patung batu padas, tiga puluh empat jumlahnya, yang
diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan ceritera Ramayana.
Patung
yang berdiri di tengah-tengah memperlihatkan Kumbakarna yang sedang berkelahi
dan dikeroyok oleh kera-kera laskar Sang Sugriwa. Yang unik, pada bagian
dinding di sebelah utara terdapat ukiran relief orang naik sepeda yang roda
belakangnya terdapat daun bunga tunjung. Daya tarik lain adalah pahatan Durga
dalam manifestasinya sebagai Rangda, dalam posisi duduk dengan kedua lututnya
terbuka lebar sehingga alat kelaminnya jelas kelihatan. Tangan kanannya
diletakkan di atas kepala seorang anak kecil yang berdiri di sebelah lututnya,
kaki kanannya diletakkan di atas binatang bertanduk yang sedang berbaring. Pada
bagian lain dari dinding lingkungan pura ini terdapat pahatan seorang
penunggang kuda terbang dan pahatan Astimuka. Tokoh ini dilukiskan sama dengan
Sang Hyang Gana (Ganesha), yakni dewa dengan muka gajah. Kungkungan Pura Maduwe
Karang ini terletak di Desa Kubutambahan, 12 km sebelah Timur Singaraja.
Yang
unik, pada bagian bawah dinding disebelah utara terdapat ukiran relief orang
naik sepeda yang roda belakangnya terbuat dari daun bunga teratai.
Berdasarkan
asal usul sejarah Pura Meduwe Karang, yang bersumber dari hasil studi dan
penelitian sejarah Pura-Pura di Bali tahun 1981/1982 oleh pemerintah daerah
Bali yang bekerjasama dengan Institut Hindhu Dharma (IHD) Denpasar, Pura Maduwe
Karang, di bangun pada abad ke 19 Masehi, tepatnya pada tahun 1890 oleh para
migrasi local, yang berasal dari Desa Bulian, sebuah Desa Bali Kuno, ke lokasi
Desa Kubutambahan.
Sesuai
dengan istilah yang dipergunakan , disebut Pura Maduwe Karang berarti yang
memilikim Karang (memiliki lahan, yang berupa tanah tegalan) di Desa
Kubutambahan, permukiman Baru migrant asal desa Bulian. Sehingga dengan
demikian , Pura Maduwe Karang berstatus dan berkedudukan sebagai Pura perlak
(Pura subak abian) yang diempon , diemong, disungsung dan disiwi oleh karma
Subak Kubutambahan yang asal-usulnya berasal dari imigran petani desa Bulian.
Dengan kata lain Pura Maduwe Karang
Posting Komentar