Pura Bukit Sari Sangeh terletak di tengah-tengah hutan
pala di pulau Dewata Bali. Luasnya sekitar 10 hektar, dihuni ribuan kera
yang dikeramatkan. Demikian pula hutan pala. Hutan ini dianggap suci oleh
masyarakat setempat dan terlarang untuk ditebang walaupun hanya satu pohon.
Selain Pura Bukit Sari Sangeh, ada lagi pura lain
yang letaknya di tepi hutan ini. Menurut cerita masyarakat Bali Pura Bukit Sari
Sangeh dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karangasem Sakti, anak angkat
dari raja Mengwi, yaitu Cokorde Sakti Blambangan.
Mengwi merupakan sebuah kerajaan di Bali yang letaknya
berdekatan dengan Sangeh. Lokasinya hanya sekitar 18 kilo meter dari Ibu kota
Bali, atau sekitar 13 kili meter dari Sangeh. Di permukaan abad XVII, kerajaan
Mengwi mempunyai wilayah sampai ke Blambangan, Jawa Timur.
Sejak kecil anak Anak Agung Anglurah Made Karangasem
Sakti melakukan "Tapa rare" yang artinya ketika bertapa. Anak Agung
bertingkah laku seperti bayi atau anak-anak. Ketika melakukan tapa inilah
beliau konon mendapat ilham untuk membuat Pelinggih (pura) di hutan pala,
Sangeh.
Sejak itulah berdiri Pura Bukit Sari Sangeh
sebagai tanda bekti keturunan Raja Mengwi terhadap Ida Batara di Gunung Agung.
Tentang hutan pala, ada pula mitosnya sendiri. Mitos ini hidup di masyarakat .
Ceritanya dikenal secara turun temurun.
Tentang ribuan ekor kera yang dikeramatkan dan
keberadaannya yang bergerak bebas di hutan pala, juga menyimpan kisah sendiri.
Mitos yang berlaku mengatakan bahwa kera-kera suci itu merupakan penjelmaan
para dewa.
Kawanan kera tersebut cukup jinak. Tiap pengunjung
yang baru datang kera-kera keramat tersebut selalu bersikap ramah. Ekspresinya
tentu saja dengan menggelayutkan dirinya dibahu pengunjung. Inilah kira-kira
alasannya mengapa tiap pengunjung yang masuk kawasan wisata tersebut dilarang
untuk mengenakan berbagai perhiasan, seperti cincin, kalung, anting dan membawa
makanan dari benda-benda lain yang sekiranya dapat menarik perhatian kera-kera
tersebut untuk menjamahnya.
Jika asesoris tersebut tidak diamankan terlebih
dahulu, dikuatirkan akan dicomot sang kera dan tidak dikembalikannya lagi. Jika
berhasil mendapatkan sesuatu dari pengunjung, sang kera biasanya membawa lari
ke pohon yang nyaris bersosok tinggi semua.
Kera akan
bersikap jinak jika pengunjung memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.
Kalau tidak maka kebalikannya akan terjadi. Sang kera bisa marah dan melukai
pengunjung. Dari ribuan kera yang menghuni hutan pala tersebut dipercayakan ada
seekor kera berukuran besar yang menjadi pemimpin kera-kera lainnya. Kemunculan
pimpinan ini jarang terjadi. Jika terjadi, hanya pada saat tertentu saja. Dan
kehadirannya selalu ke Pura Bukit Sari Sangeh.
Posting Komentar